Powered by Blogger.

RSS

Dasar-Dasar Arkeologi - Ujian Tengah Semester

Nama
ROKHIMATUL JANNAH
MataKuliah
Dasar-Dasar Arkeologi
Offering
D
NIM
130731615739


1.      Jelaskan bagaimana sumbangan Arkeologi bagi pengkajian Pembelajaran Sejarah
     Arkeologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan bekas atau warisan masa lalu berupa artefak. Warisan tersebut dapat berupa bangunan dan monumen yang masih terdapat di atas permukaan tanah, bekas yang tersimpan dalam tanah yang dikeluarkan dengan penggalian.Selain itu, penggalian tinggalan arkeologis yang tersimpan di bawah laut berupa bangkai-bangkai kapal, aneka barang-barang kuno seperti barang dari keramik dan perhiasan emas, dan sebagainya.
     Terutama, Arkeologi memberikan bahan penting tentang zaman yang tidak mewariskan bahan tertulis, dalam hal ini pada periode pra sejarah. Pada zaman ini belum ada tulisan ataupun berita-berita tertulis. Di Sulawesi Selatan misalnya, zaman pra sejarah antara lain dapat ditelusuri melalui tinggalan arkeologi berupa gua-gua alam seperti Leang-leang dan Sumpang Bita. Tidak ada catatan tertulis di sana yang memberi keterangan bahwa tempat tersebut pernah dihuni oleh manusia. Akan tetapi melalui penggalian yang dilakukan para arkeolog diketahui bahwa ada jejak-jejak yang ditinggalkan oleh manusia yang pernah menghuni tempat itu. Misalnya, tumpukan kerang yang sudah bercampur tanah (kjokkenmoddinger) dan Iukisan pada dinding-dinding gua atau dinding karang. Dari hasil penggalian dan penelitian laboratorium diketahui bahwa pada jangka waktu tertentu gua itu pernah dihuni oleh manusia.
    
Kontribusi arkeologi terhadap studi sejarah kebudayaan yang sangat berarti. Apa yang kita diketahui tentang kebudayaan material, hampir semuanya berasal dari hasil penggaiian arkeologi. Misalnya, pembentukan kota dan perumahan, struktur rumah, perabot rumah tangga, pakaian perhiasan, alat kerja, senjata, kuburan, dan sebagainya. Demikian juga dengan pengetahuan agama banyak diperoieh dari tinggalan berbagai tinggalan arkeologi. Misalnya, arsitektur candi, struktur bangunan masjid, keraton, makam, dan sebagainya.
     Korelasi antara sumber tidak tulis dan tertulis sangat membantu dalam penggalian arkeologi. Misalnya, pada abad ke-17 hingga abad ke-18 perdagangan maritim berkembang pesat seiring dengan upaya perolehan rempah-rempah oleh bangsa bangsa eropa langsung di Kepulauan Maluku. Untuk memperolehnya, tidak jarang terjadi persaingan antara para pelaku usaha. Tindakan saling menyerang di laut antara kapal-kapal yang mengangkut rempah-rempah mewarnai aktivitas perdagangan Iaut. Oleh karena itu, banyak kapal-kapal yang hancur dan tenggelam di perairan sepanjang jalur pelayaran dari dan menuju ke Kepulauan Maluku. Demikian keterangan tertulis yang terdapat dalam sejumlah dokumen yang merekam kejadian di masa tersebut. Dengan sumber tertulis ini para arkeolog dapat melakukan penggalian di bawah Iaut. Di perairan laut Makasar misalnya, banyak ditemukan bangkai kapal-kapal dan barang-barang muatannya, seperti keramik dan aneka perhiasan yang dikenakkan oleh para penumpang dan personel kapal yang tenggelam itu.
Ref :
Kasdi Aminuddin, 2005. Memahami Sejarah, Surabaya, UNESA University Press.

2. Jelaskan bagaimana metode penelitian Arkeologi
A. Metode Observasi
       Merupakan tahap pertama dalam metode Arkeologi. Pada tahap ini adalah tahap mengumpulkan data arkeologi yang terdiri dari data-data kepustakaan dan data-data lapangan. Data-data kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti buku, gamabar, foto, maupun peta. Data lapangan di peroleh dari pengamatan dari tinggalan arkeologi di situs-situs yang ada dan survei berupa pengamatan yang disertai analisis mendalam. Pengumpulan data juga bisa dilakukan dengan eskavasi, yaitu penggalian tanah yang dilakukan secara sistematik untuk menemukan temuan arkeologi dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas tentang aspek-aspek bentuk temuan, hubungan antartemuan, hubungan stratigrafis, kronologis, konteks, fungsi, struktur dan tingkah laku pendukungnya.
Tahap pertama ini sebagai berikut :
-            Langkah pertama
Sebelum menuju ke lokasi situs, melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan supaya kita mengenali dan memahami objek penelitian berdasarkan temuan orang lain sehingga dapat mengetahui harus berbuat apa terhadap objek tersebut.
-            Langkah kedua
Jika data kepustakaan telah terkumpul dan telah mendapat gambaran mengenai objek yang akan diteliti, langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian yang juga bisa disertai survei. Mengamati objek secara langsung dan mulai menyusun langkah berikutnya. Survei bisa dilakukan dengan cara mewawancarai penduduk sekitar yang mau dan mampu menjelaskan mengenai objek yang diteliti atau kalau bisa juru kuncen dari objek itu, sebagai langkah awal penelitian arkeologi. Terutama untuk menentukan tempat melakukan eskavasi, jika diperlukan.
-            Langkah terakhir
Langkah terakhir dalam pengumpulan data adalah melakukan eskavasi. Setelah mengumpulkan data kepustakaan, data si lapangan yang terlihat, di perlukan juga melakukan penggalian situs untuk mencari tinggalan arkeologi yang masih berada di dalam tanah di situs objjek yang tengah diteliti. Jika diperlukan, eskavasi sangat menunjang penelitian terhadap sebuah situs yang telah hancur dan kemungkinan besar terdapat peninggalan arkeologi yang tertimbun oleh tanah.
B. Deskripsi
       Setelah data terkumpul, data-data tersebut harus diuraikan sehingga mendapat gambaran dan penjelasan mengenai data-data yang telah terkumpul.
-            Analisi Arsitektur
Dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
1.         Analisis Morfologi
Terlihat dari fisik objek yang diteliti, serta denah bangunannya.
2.         Analisis Teknologi
Bagian yang perlu diamati pada objek yang diteliti yaitu fasilitas-fasilitas yang ada pada objek tersebut.
3.         Analisis Gaya
Akulturasi budaya.
4.         Analisis Kontekstual
Menentukan bagaimana untuk menangani objek yang diteliti tersebut berdasarkan karakter sekitarnya.

C. Eksplanasi
       Tahap terakhir adalah eksplanasi atau penafsiran terhadap data dan analisis yang telah dilakukan. Penjelasan yang dilakukan dalam eksplanasi memungkinkan para pembaca untuk memahami dan mengerti akan maksud yang terkandung dalam penjabaran tersebut. Dalam melakukan eksplanasi, semua ilmu bisa digunakan, baik itu mengambil dari ilmu sosial, maupun dari ilmu sejarah itu sendiri. Semuanya berperan besar dalam proses eksplanasi tersebut.
       Dalam eksplanasi inipun seorang sejarawan akan ‘berpetualang’ kembali dengan imajinasinya. Tanpa imajinasi tersebut, dapat dipastikan banyak hal yang tidak bisa dituliskan, apalagi diterangkan. Dengan maksud bahwa sejarawan mampu menerobos pemikiran para pelaku sejarah secara imajiner, mencoba menempatkan dirinya ke dalam pemikiran para pelaku sejarah yang bersangkutan.
       Dalam eksplanasi ini dapat dilihat adanya manfaat dari kematangan seorang sejarawan untuk dapat merangkai semua data dan fakta yang diperolehnya untuk menjadikan sebuah penulisan. Dalam eksplanasi inipun akan terlihat bagaimana tingkat kreatifitas sejarawan dalam membuka wacana para pembacanya.

Ref :
Ibas. 2012. Metode arkeologi dan observasi masjid panjunan. http://ibassejarah.blogspot.com/2012/03/metode-arkeologi-dan-observasi-masjid.html.


3. Jelaskan cara kerja penelitian Arkeologi Prasejarah, sertai contoh
A. Metode Observasi
       Merupakan tahap pertama dalam metode Arkeologi. Pada tahap ini adalah tahap mengumpulkan data arkeologi yang terdiri dari data-data kepustakaan dan data-data lapangan. Data-data kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti buku, gamabar, foto, maupun peta. Data lapangan di peroleh dari pengamatan dari tinggalan arkeologi di situs-situs yang ada dan survei berupa pengamatan yang disertai analisis mendalam. Pengumpulan data juga bisa dilakukan dengan eskavasi, yaitu penggalian tanah yang dilakukan secara sistematik untuk menemukan temuan arkeologi dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas tentang aspek-aspek bentuk temuan, hubungan antartemuan, hubungan stratigrafis, kronologis, konteks, fungsi, struktur dan tingkah laku pendukungnya.
Tahap pertama ini bisa di terapkan pada situs Lukisan Kuda di Dinding Gua Lambatorang, sebagai berikut :
-            Langkah pertama
Sebelum menuju ke lokasi situs, melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan supaya kita mengenali dan memahami lukisan kuda di dinding Gua Lambatorang berdasarkan temuan orang lain sehingga dapat mengetahui harus berbuat apa terhadap situs tersebut.
-            Langkah kedua
Jika data kepustakaan telah terkumpul dan telah mendapat gambaran mengenai Gua Lambatorang, langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian yang juga bisa disertai survei. Mengamati Gua Lambatorang secara langsung dan mulai menyusun langkah berikutnya. Survei bisa dilakukan dengan cara mewawancarai penduduk sekitar yang mau dan mampu menjelaskan mengenai lukisan kuda di dinding Gua Lambatorang atau kalau bisa juru kuncen dari Gua Lambatorang itu, sebagai langkah awal penelitian arkeologi. Terutama untuk menentukan tempat melakukan eskavasi, jika diperlukan.
-            Langkah terakhir
Langkah terakhir dalam pengumpulan data adalah melakukan eskavasi. Setelah mengumpulkan data kepustakaan, data di lapangan yang terlihat, diperlukan juga melakukan penggalian situs untuk mencari tinggalan arkeologi yang masih berada di dalam tanah di situs Gua Lambatorang. Jika diperlukan, eskavasi sangat menunjang penelitian terhadap sebuah situs yang telah hancur dan kemungkinan besar terdapat peninggalan arkeologi yang tertimbun oleh tanah.Dan terbukti dengan di temukannya temuan lain berupa sampah dapur, sebaran alat serpih, dan fragmen tembikar.
B. Deskripsi
       Setelah data terkumpul, data-data tersebut harus diuraikan sehingga mendapat gambaran dan penjelasan mengenai data-data yang telah terkumpul.
Contoh penerapannya pada situs Gua Lambatorang :
Analisi Arsitektur
       Gua Lambatorang adalah gua prasejarah berupa sebuah ceruk dengan mulut goa menghadap arah barat tepatnya 275 derajat, dengan lebar 6 m dan tinggi gua dari tanah 5,5m. Kemiringan lantai gua +- 2 derajat dan dalam keadaan basah karena adanya tetesan air dari langit-langit gua. Intensitas cahaya baik, karena masih dapat melihat dengan jelas keberadaan lukisan tersebut. Dalam laporan penelitian yang dilakukan pada tahun 1986 oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala di gua Lambatorang terdiri atas :
          - Gambar babi rusa 1 ekor berukuran panjang 75,5 cm, lebar 28,5 cm dengan latar warna merah.
          - Gambar telapak tangan tiga buah, terdiri atas telapak tangan berukuran besar yang panjangnya 23 cm dan lebar 10 cm, berukuran sedang dengan panjang 16 cm dan lebar 6,5 cm serta berukuran kecil dengan panjang 13 cm dan lebar 10 cm. Lukisan telapak tangan tersebut berwarna merah.
          - Kondisi lukisan masih dalam keadaan utuh yang berarti belum mengalami kerusakan, hanya saja keletakan dan posisi dari temuan lukisan tersebut tidak tercantum dalam laporan sehingga kita tidak mengetahui dengan pasti di bagian mana lukisan tersebut berada.
          - Berdasarkan data laporan tim “Kaisar” yang mencoba menelusuri kembali gua Lambatorang dalam rangka inventarisasi gua prasejarah di Maros pada tahun 2003, dan temuan arkeologis yang berhasil diidentifikasikan terdiri atas : lukisan tapak tangan berwarna merah sebanyak 4 buah di dinding luar bagian kiri mulut gua dengan kondisi rusak berupa pengelupasan beberapa bagian lukisan, dan lukisan hewan tunggangan menyerupai kuda beserta penunggangnya berwarna hitam berada 6 meter di sebelah kanan lukisan tapak tangan. Dekat lukisan kuda tersebut terdapat pula lukisan non figuratif berupa garis-garis membentuk segitiga,gambar manusia, dan lukisan geometris, yang semuanya berwarna hitam. Adapun lukisa babi rusa yang ditemukan berwarna merah dengan kondisi telah rusak karena ada beberapa bagian lukisan yag telah terkelupas dan warnanya sudah pudar. Selain temuan berupa lukisan, ditemukan pula tinggalan arkeologis lainnya berupa sampah dapur, sebaran alat serpih, dan fragmen tembikar yang di temukan di pelataran lantai gua dan di luar pagar pembatas gua yag dibuat oleh Suaka PSP Sulselra.
C. Eksplanasi
       Tahap terakhir adalah eksplanasi atau penafsiran terhadap data dan analisis yang telah dilakukan. Penjelasan yang dilakukan dalam eksplanasi memungkinkan para pembaca untuk memahami dan mengerti akan maksud yang terkandung dalam penjabaran tersebut. Dalam melakukan eksplanasi, semua ilmu bisa digunakan, baik itu mengambil dari ilmu sosial, maupun dari ilmu sejarah itu sendiri. Semuanya berperan besar dalam proses eksplanasi tersebut.
       Dalam eksplanasi inipun seorang sejarawan akan ‘berpetualang’ kembali dengan imajinasinya. Tanpa imajinasi tersebut, dapat dipastikan banyak hal yang tidak bisa dituliskan, apalagi diterangkan. Dengan maksud bahwa sejarawan mampu menerobos pemikiran para pelaku sejarah secara imajiner, mencoba menempatkan dirinya ke dalam pemikiran para elaku sejarah yang bersangkutan.
       Dalam eksplanasi ini dapat dilihat adanya manfaat dari kematangan seorang sejarawan untuk dapat merangkai semua data dan fakta yang diperolehnya untuk menjadikan sebuah penulisan. Dalam eksplanasi inipun akan terlihat bagaimana tingkat kreatifitas sejarawan dalam membuka wacana para pembacanya.
       Eksplanasi dari data dan analasis untuk Lukisan Kuda di Dinding Gua Lambatorang adalah :
       Dari hasil penelitian, terungkap beberapa data baru berkaitan dengan lukisan di Leang Lambatorang. Penulis justru menemukan lukisan kuda di bagian lain dinding gua, dan lukisan ini tidak terlihat sewaktu penelitian sebelumnya dilakuka. Hal ini semakin meyakinkan penulis bahwa Lukisan Kuda di Dinding Gua Lambatorang merupakan lukisan baru da usianya lebih muda dibanding lukisan tapak tangan berwarna merah, bahkan mungkin saja lukisan kuda tersebut dibuat dalam dalam kurun waktu 1986-2003. Adapun kesan archais yang terlihat dari lukisan kuda tersebut disebabkan oleh proses travertine yang terjadi, yaitu ketika lapisan tipis karst menutupi lukisan kuda tersebut, sehingga terlihat alami sebagai lukisan prasejarah tinggalan jaman mesolitik.



Ref:
Ibas. 2012. Metode arkeologi dan observasi masjid panjunan. http://ibassejarah.blogspot.com/2012/03/metode-arkeologi-dan-observasi-masjid.html.
Mulyadi, Yadi. Lukisan Kuda di Dinding Gua Lambatorang, Makassar, Hasanuddin University Press.

4. Jelaskan segala hal yang kamu ketahui tentang kompleks makam kuno masa Islam di nusatara

       Jenazah seorang muslim harus dimakamkan di dalam tanah dengan posisi membujur arah utara-selatan. Meskipun dalam agama Islam ada perintah agar makam dibuat sesederhana mungkin, namun pengaruh dari kepercayaan sebelumnya menyebabkan banyak makam peninggalan masa lalu memiliki hiasan. Dalam beberapa referensi disebutkan bahwa kaligrafi Arab atau epigrafi Islam pada batu nisan merupakan peninggalan seni rupa Islam terbesar di Indonesia yang paling menonjol jika dibandingkan dengan peninggalan seni rupa islam lainnya. Kaligrafi Islam di Indonesia telah menjadi salah satu pola hias utama bersama-sama dengan pola hias lainnya pada bangunan suci, termasuk pada batu nisan.
       Bentuk dan struktur bangunan makan beserta perangkat-perangkatnya menunjukkan suatu keindahan tersendiri. Hal ini terlihat bahwa semua unsur bangunan makan, dirancang sedemikian rupa berdasarkan prinsip estetika.
       Terdapat dua gaya makam pada masa awal perkembangan Islam di Indonesia, yaitu gaya Gujarat dan gaya Hindu dan Prasejarah. Makam gaya Gujarat dapat dilihat pada Makam Maulana Malik Ibrahim, sosok penyebar agama Islam di tanah Jawa dan merupakan wali tertua dari kesembilan wali, mempunyai kekhasan tersendiri. Hal ini terlihat dari bahan batu nisan dan gaya tulisan Arab. Batu Nisa terbuat dari marmer dengan gaya Gujarat.Makam gaya Hindu dan Prasejarah memiliki dasar berundak, menggunakan mahkota pada puncak nisannya seperti candi, adapula yang nisannya sangat mirip dengan menhir.
       Pada pembuatan bangunan makam pada masa kerajaan di Indonesia, masalah perancangan juga dipengaruhi oleh konsep para penguasa yang berkuasa pada waktu itu. Cungkup makan di kompleks makam raja-raja Gowa memperlihatkan suatu keindahan yang sangat mengagumkan, baik dilihat dari segi teknik arsitekturnya maupun dari segi ornamennya. Pagar juga sering dibangun mengelilingi makam. Kompleks makam biasanya memiliki gapura baik itu yang berbentuk bentar ataupun kori agung (bagian atasnya menyambung). Pengaruh Majapahit tampak masih kuat di beberapa tempat seperti, misalnya gerbang pada makam Sendang Duwur, Tuban. Ornamen nisan sering menggunakan bentuk sulur-suluran dan tanaman rambat.
       Biasanya makam terletak di tempat yang dianggap keramat, seperti halaman masjid ataupun gunung (gunung yang dianggap sebagai kediaman roh). Beberapa cotoh makam Islam Kuno adalah makam Malik Al-Saleh dan Ratu Nahrasiyah (di Samudra Pasai, Aceh), kompleks makam Imogiri, Makam Sunan Gunung Jati (Cirebon).
       Untuk makam raja-raja Islam Jawa pada umumnya dibangun di puncak-puncak bukit karena dipengaruhi oleh aspek kepercayaan prasejarah masyarakat Indonesia, yaitu makam nenek moyang dibangun di puncak bukit, dan kemudian dipuja oleh penduduk setempat. Tradisi seperti itu diteruskan oleh raja-raja Islam di Jawa. Dengan demikian, hal ini menunjukkan hasil dari proses akulturasi.

Ref:
Yulianti S.pd. 2007. Sejarah Indonesia & Dunia. Yrama Widya : Bandung.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment